Tinggi rendahnya produksi jahe sangat tergantung dengan cuaca. Semakin kering, bonggol jahe pun semakin berkembang. Karena itu, tingginya curah hujan membuat produksi petani jahe merosot hingga 50%. Itulah yang menyebabkan harga melambung.
Kenaikan harga jahe, sebenarnya tidak hanya terjadi untuk jenis jahe merah. Di pasar tradisional, harga jahe putih pun melonjak tajam.
Menurut Suwarni, pedagang di Pasar Kemirimuka, Depok, Jawa Barat, harga jahe sudah naik sejak dua bulan lalu. "Jahe besar yang sebelumnya Rp 18.000 per kilogram (kg), saat ini sudah mencapai Rp 20.000 per kg," kata Suwarni.
Untuk jenis kecil yang biasa dibeli penjual jamu gendong harganya juga melonjak dari Rp 20.000 per kg menjadi Rp 24.000 per kg. Menurut Suwarni, kenaikan harga jahe tidak hanya terjadi di tingkat pedagang pengecer. Suwarni sudah harus membayar lebih mahal saat kulakan di Pasar Induk Kramat Jati.
"Saat ini, cuaca memang kurang bersahabat, sehingga stok berkurang," kata Sumardi Noor, Kepala Seksi Bimbingan Usaha Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian.
Sumardi menambahkan, baik buruknya kuantitas dan kualitas jahe sangat dipengaruhi cuaca, terutama curah hujan. Menurutnya, walaupun budi daya jahe merah atau jahe jenis lain cukup mudah, namun banyaknya asupan air justru akan menurunkan hasil panen dan kualitas jahe.
Sebenarnya pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan produksi jahe. Salah satunya dengan sosialisasi penanaman jahe di pekarangan rumah. Untuk mengatasi sempitnya lahan, pihaknya menganjurkan penggunaan polyback untuk media tanam jahe.
Antonius Jarwoko, petani jahe asal Sumowono, Semarang, Jawa Tengah, sepakat dengan Sumardi. Akibat hujan berkepanjangan, produksi jahe pun merosot tajam. "Panen jahe tahun ini merosot hingga mencapai 50%," keluh Antonius.
Menurut Antonius, biasanya, untuk petani pemilik lahan seluas seperempat hektare, mampu menghasilkan satu ton jahe. Tapi saat ini hanya menghasilkan lima kuintal jahe.
Namun, Antonius tetap senang lantaran dengan harga jahe, terutama jahe merah, harganya terus meningkat.
Menurut Sumardi, sebenarnya budi daya tanaman jahe tidak memerlukan perlakuan khusus. Setelah tanam, petani hanya perlu menjaga dari gangguan gulma dan melakukan penyiraman secukupnya.
Bibit ditanam dengan jarak 20 cm. Adapun penyiraman air bisa dilakukan dua kali sehari dalam kondisi kemarau. Untuk kondisi penghujan tidak perlu dilakukan penyiraman.
Walau perlakukan hampir sama, namun lokasi tanam tiap jenis tanaman jahe agak berbeda. Jahe emprit sebaiknya ditanam pada ketinggian 200 meter (m) - 1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Jahe gajah di atas 400 m - 800 m dpl, dan jahe merah 200 m – 600 m dpl.
Selain ketinggian lokasi tanam, perlu juga diperhatikan pemilihan bibit. "Bibit merupakan varietas murni yang tidak tercampur, berasal dari tanaman induk yang sehat dan berumur 8 - 10 bulan," katanya.
Masa panen jahe dilakukan setelah umur setahun lebih. "Produksi lebih bagus lagi kalau pakai pupuk kandang," kata Antonius yang juga produsen sirup jahe. Penggunaan pupuk kimia akan mengurangi khasiat jahe.
(Bersambung)
Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/news/jahe-merah-hujan-melimpah-hasil-panen-menyusut-2
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
In1 y4ng di tunggu" guys| I0nqq t3lah m3ngh4dirkan g4me baru B4ND4R P0K3R (N3w G4m3)|
ReplyDelete4nda mau menjadi b4ndar|sil4k4n d4ft4r di www*i0nqq*c0m|p1n bb:*58ab14f5*